Secangkir Kebaikan Di Warung Kopi
Siang itu, ku kantongi ijin MeTime dari suamiku. Ku putuskan ngopi
di warung kopi yang dengan motor bututku sekitar setengah jam dari rumah. Tak
ingat kapan terakhir kali ngopi di warung kopi, mendorong hasrat menunaikan MeTime disana.
Ku parkirkan motorku di halaman depan warkop berukuran 3x12 meter
persegi. Hanya beberapa orang saja duduk di kursi di beranda warkop yang entah
sedang menikmati secangkir kopi atau secawan wifi.
Beberapa sofa dan kursi di bagian dalam warkop
tampak tak memangku siapapun. Cocok! Aku membatin. Aku yang datang sendiri ini
memang lebih suka menyendiri ketika berada di warung kopi. Karena tujuan
utamaku kesini memang bukan untuk mengobrol, melainkan untuk ngopi yang diikuti
harapan, ‘semoga dapat inspirasi’.
Sesosok pria kurus dengan cepat
menghampiriku. Belum sempat ku rasakan empuknya sofa dan ku buka laptop, ia
bertanya, “ Kiban Kak? Pesan Peu?” yang dalam bahasa Indonesia berarti, “Gimana
Kak, mau pesan apa?”
Ku lihat wajah yang penuh harapan itu.
“kopi hitam aja.”, jawabku singkat cukup membuatnya melukiskan senyum di
wajahnya.
Ku urungkan niat membukanya. Desain
interior warung kopi ini mencuri perhatianku. Berawal dari beberapa sofa
membentuk letter ‘L’ beserta kursi dan meja panjang yang menopang asbak bambu
dan tanaman keladi hias. Sedangkan tepat
di atasnya menggelantung lampu panjang, bukan hanya menerangi melainkan juga mempercantik
ruangan.
Ruangan mungil untuk ukuran warkop itu dilengkapi dengan etalase berisikan aneka kopi
bubuk. Menempel pada keramik berwarna coklat bermotif yang juga terdapat
beberapa coffee maker.
Dinding di dekatnya, tertempel beberapa
hiasan termasuk selembar poster.
Sebuah poster tersirat kebaikan.
“PAHALA DI
SECANGKIR KOPI”
1. Tunggu
kopi hingga agak dingin, jangan ditiup.( HR. Ahmad 1907)
2. Baca ‘BISMILLAH’
sebelum minum. (HR. Muslim 2017)
3. Minum
dengan tangan kanan. (HR. Muslim 2020)
4.Minumnya sambil duduk. (HR.
Muslim 2024)
Begitulah tulisan yang tertuang dalam
poster tersebut. WOW..!!! kata-kata sederhana namun penuh makna, bernilai
pahala. Kata-kata yang cukup membuatku tersontak, tersadar dari hal-hal yang
terkadang terlupakan.
Kata-kata itu seperti alarm yang berbunyi
ketika aku hendak menyeruput kopi tanpa mengucap asma Allah, ketika aku yang
tak sabar ingin segera menyeruput kopi panas meniup-niup yang justru tak baik
untuk kesehatanku, sesekali meminum dengan tangan kiri dan berdiri seperti cara
syetan. Naudzubillah…
Kata-kata tentang empat cara sederhana
ketika ngopi, selain baik untuk diri sendiri, juga mendatangkan pahala
kebaikan.
Ku tuangkan kata-kata itu dan ku aduk-aduk
menjadi secangkir kebaikan, lalu ku minum.
Semoga tidak lupa lagi.
Warung Kopi, Pebruari 2020