Ketupat Di Tiga Tempat
Ketupat bisa dikatakan sebagai simbol
lebaran di Indonesia. Ketupat selalu
hadir pada momen lebaran. Konon katanya, ketupat pertama kali diperkenalkan
oleh Sunan Kalijaga ketika Islam masuk di pulau Jawa dan dijadikan makanan khas
lebaran. Hal ini dikarenakan ketupat
memiliki filosofi yang sesuai dnegan momen lebaran.
Berikut filosofinya seperti
yang dilansir oleh idntimes.com:
1. Anyaman
ketupat yang rumit mencerminkan beragam kesalahan umat manusia.
2. Ketupat
yang telah terbuka akan tampak warna putih yang menggambarkan kesucian hati
setelah memohon maaf dan ampunan atas segala kesalahan.
3. Janur
(daun kelapa) yang dianyam membentuk ketupat yang sempurna melambangkan
kemenangan umat Islam setelah 30 hari berpuasa dan merayakan Lebaran Idul
fitri.
4. Ketupat
yang biasa disajikan dnegan kuah santan melahirkan pantun dalam bahasa Jawa
yakni,
KUPAT SANTEN
(ketupat santan)
KULO LEPATNYUWUN
NGAPUNTEN (saya salah mohon maaf)
Pas banget kan filosofinya?!! J
Di Cirebon, tempat tinggalku
dulu, ketupat tersaji di atas meja makan pada hari raya lebaran. Disajikan bersama
kuah santan, sambal goreng khas Cirebon dan telur rebus. Tak heran jika H-1
lebaran banyak kita jumpai para pedagang ketupat dadakan. Dikatakan dadakan
karena jualannya mendadak ketika menjelang lebaran saja alias tidak setiap
hari.
Berbeda ketika aku sekeluarga mudik
ke kampung halaman orangtuaku yakni Kabupaten Nganjuk dan merayakan lebaran
Idul fitri disana. Aku masih ingat sewaktu aku masih kecil, aku duduk di atas dipan bambu di samping mbah
kung ku yang sedang asyik membentuk ketupat dari daun kelapa. Ku perhatikan
satu per satu rupanya membuatku penasaran ingin turut serta menbuatnya.
“Mbah Kung, aku mau bikin ketupak
juga tapi belum bisa.” Curhatku ketika itu. Sambil tersenyum mbah kung
membalas, “Mau mbah kung ajarin? Sini pangku sama mbah kung.”
Aku pun duduk di pangkuan mbah
kung. Dengan teliti dan sabar mbah kung mengajariku membuat ketupat. Ternyata
tidak begitu rumit asalkan kita mampu
menghafal urutan langkahnya. Alhamdulillah, tak perlu waktu lama aku bisa
membuat ketupat sendiri dan bisa membantu mbah kung untuk menyelesaikan pembuatan
ketupatnya.
Hari itu bukanlah hari menjelang
lebaran melainkan H+6 lebaran idul fitri. Di kampung halaman mbah kung, yakni
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tradisi membuat ketupat itu bukanlah pada hari
lebaran idul fitri maupun idul adha. Disana ada istilah lebaran ketupat yaitu
jatuh pada hari ke tujuh setelah idul fitri. Mereka menyebutnya ‘lebaran
ketupat’. Ketupat yang berisi beras tersebut setelah dimasak hingga matang
seperti lontong disajikan dengan kuah santan. Namun ada juga yang disajikan
bersama dengan bubuk kacang kedelai. Aku lupa cara membuatnya, namun seingatku rasa
bubuk kacang kedelai tersebut sangat gurih. Cara memakannya adalah dengan cara membelah
ketupat kemudian dicocol ke bubuk kedelai tadi yang ditaruh di atas piring
kecil.
Setelah aku tinggal di Kabupaten Aceh
Jaya, NAD kampung halaman suamiku, ketupat justru aku temukan saat menjelang
ramadhan dan menjelang lebaran atau masyarakat Aceh menyebutnya “Meugang”
sebuah tradisi menyambut bulan suci ramadhan dan hari raya lebaran. Bentuk ketupatnya
sama namun isinya berbeda. Ketupat disini berisi beras ketan putih dan direbus
dengan air santan hingga mengering. Rasanya sudah pasti gurih gitu yaaa.
Naaaahhh itulah ketupat di tiga
tempat, yaitu Kabupaten Cirebon, Nganjuk dan Aceh Jaya. Ketiga tempat yang
seandainya saja aku punya pintu Doraemon, ingin kusinggahi tiap hari secara
bergantian. Hehehehehe