Sabtu, 04 Mei 2019




Ketupat bisa dikatakan sebagai simbol lebaran  di Indonesia. Ketupat selalu hadir pada momen lebaran. Konon katanya, ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga ketika Islam masuk di pulau Jawa dan dijadikan makanan khas lebaran.  Hal ini dikarenakan ketupat memiliki filosofi yang sesuai dnegan momen lebaran.
Berikut filosofinya seperti yang dilansir oleh idntimes.com:

1.       Anyaman ketupat yang rumit mencerminkan beragam kesalahan umat manusia.
2.       Ketupat yang telah terbuka akan tampak warna putih yang menggambarkan kesucian hati setelah memohon maaf dan ampunan atas segala kesalahan.
3.       Janur (daun kelapa) yang dianyam membentuk ketupat yang sempurna melambangkan kemenangan umat Islam setelah 30 hari berpuasa dan merayakan Lebaran Idul fitri.
4.       Ketupat yang biasa disajikan dnegan kuah santan melahirkan pantun dalam bahasa Jawa yakni,

KUPAT SANTEN (ketupat santan)
KULO LEPATNYUWUN NGAPUNTEN (saya salah mohon maaf)

Pas banget kan filosofinya?!! J

Di Cirebon, tempat tinggalku dulu, ketupat tersaji di atas meja makan pada hari raya lebaran. Disajikan bersama kuah santan, sambal goreng khas Cirebon dan telur rebus. Tak heran jika H-1 lebaran banyak kita jumpai para pedagang ketupat dadakan. Dikatakan dadakan karena jualannya mendadak ketika menjelang lebaran saja alias tidak setiap hari.
Berbeda ketika aku sekeluarga mudik ke kampung halaman orangtuaku yakni Kabupaten Nganjuk dan merayakan lebaran Idul fitri disana. Aku masih ingat sewaktu aku masih kecil,  aku duduk di atas dipan bambu di samping mbah kung ku yang sedang asyik membentuk ketupat dari daun kelapa. Ku perhatikan satu per satu rupanya membuatku penasaran ingin turut serta menbuatnya.
“Mbah Kung, aku mau bikin ketupak juga tapi belum bisa.” Curhatku ketika itu. Sambil tersenyum mbah kung membalas, “Mau mbah kung ajarin? Sini pangku sama mbah kung.”
Aku pun duduk di pangkuan mbah kung. Dengan teliti dan sabar mbah kung mengajariku membuat ketupat. Ternyata tidak begitu rumit  asalkan kita mampu menghafal urutan langkahnya. Alhamdulillah, tak perlu waktu lama aku bisa membuat ketupat sendiri dan bisa membantu mbah kung untuk menyelesaikan pembuatan ketupatnya.
Hari itu bukanlah hari menjelang lebaran melainkan H+6 lebaran idul fitri. Di kampung halaman mbah kung, yakni Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tradisi membuat ketupat itu bukanlah pada hari lebaran idul fitri maupun idul adha. Disana ada istilah lebaran ketupat yaitu jatuh pada hari ke tujuh setelah idul fitri. Mereka menyebutnya ‘lebaran ketupat’. Ketupat yang berisi beras tersebut setelah dimasak hingga matang seperti lontong disajikan dengan kuah santan. Namun ada juga yang disajikan bersama dengan bubuk kacang kedelai. Aku lupa cara membuatnya, namun seingatku rasa bubuk kacang kedelai tersebut sangat gurih. Cara memakannya adalah dengan cara membelah ketupat kemudian dicocol ke bubuk kedelai tadi yang ditaruh di atas piring kecil.
Setelah aku tinggal di Kabupaten Aceh Jaya, NAD kampung halaman suamiku, ketupat justru aku temukan saat menjelang ramadhan dan menjelang lebaran atau masyarakat Aceh menyebutnya “Meugang” sebuah tradisi menyambut bulan suci ramadhan dan hari raya lebaran. Bentuk ketupatnya sama namun isinya berbeda. Ketupat disini berisi beras ketan putih dan direbus dengan air santan hingga mengering. Rasanya sudah pasti gurih gitu yaaa.

Naaaahhh itulah ketupat di tiga tempat, yaitu Kabupaten Cirebon, Nganjuk dan Aceh Jaya. Ketiga tempat yang seandainya saja aku punya pintu Doraemon, ingin kusinggahi tiap hari secara bergantian. Hehehehehe


it's all about life . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates